February 24, 2010

Kenapa aku?

Aku bingung dikala kau menanyakan hal itu? terasa seperti tersambar petir di siang hari. Tenggorokan ku tercekat tak ada kata yang keluar, tiba-tiba aku merasa sakit. Ya hatiku terasa perih dan sakit, aku bukan wanita bodoh yang tidak belajar dari pengalaman. Masih jelas kuingat bagaimana caranya kau mencampakkan aku. Bukan karena dendam keputusan ini aku ambil, aku hanya tak mau lebih banyak lagi hati yang tersakiti. Maka, maafkan aku keputusan ini harus aku ambil. Lebih baik Kau cari saja wanita lain, aku tak bisa menerima pinangan mu lagi.

February 13, 2010

Reality

Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, aku duduk di sebuah bangku panjang di Lorong sebuah Rumah Sakit. iya, aku duduk menemaninya. Pria yang selama hampir dua tahun bersamaku, selalu marah jika aku telat makan hanya karena sibuk kuliah, atau menjalankan bisnis keluarga. "Makan ney, ntik sakit bandel amat sieh.."begitu ucapnya. Terkadang aku suka meledeknya dengan mengirimnya sms jika aku telat makan maka tanpa hitungan detik, ia langsung menelepon dari seberang sana dengan nada kesal dan marah. Namun ritual itu yang selalu membuat aku selalu rindu padanya, terkadang ia mengerti sekali jika ini hanya akal-akalan ku saja untuk mendengar suaranya. Unik bukan? yah itulah aku dengan dia kami memang pasangan yang unik. Jarak, ruang, bahkan waktu benar=benar memisahkan kami. "Ney, aku terima tawaran jadi Chef" ia mengatakan itu ketika datang menjemputku di kampus. "Bagus donk ney, tapi kenapa kamu sedih?" tanyaku setelah melihat ada kesedihan di matanya, "di Kentucky ney, United States" kalimat itu tiba-tiba terlontar dari nya. " jauh yah sayang. memang intuk berapa lama?" tanyaku "satu hingga dua tahun, tapi aku akan sering pulang kok sayang. pokoknya klo kontraknya selesai aku mau pindah di jakarta aja, aku gak tahan ney jauh dari kamu" sambil mengecup keningku "sssrrrr" terasa ada aliran listrik yang mengalir dari kepala hingga ujung kaki ku. "Iya sayang, pergilah jika ini yang terbaik untuk kita pergilah aku akan disini dengan setia menanti hingga kau pulang nanti" kalimat itu terucap begitu lancar dari mulutku. Tanpa pernah sedikitpun terpikir bahwa aku akan menjalani hari tanpa ada dirinya lagi.

Kini pria itu ada di sampingku, kupandang wajahnya pucat, matanya lelah seperti sudah berhari-hari dia tidak tidur, dan berkali-kali dia melihat pintu itu dengan penuh harap. Dibalik pintu itu Istrinya sedang berjuang hidup dan mati menjalankan operasi pengangkatan rahim, Kanker rahim stadium akhir, memaksanya untuk melakukan operasi itu. Belum genap setahun mereka menikah, rumah tangga mereka sudah diberikan cobaan sebesar ini. Umi, abi, dan semua anggota keluarganya sedang makan di kantin. aku datang untuk memberikan dukungan kepadanya. Sudah hampir tiga puluh menit aku duduk bersebelahan dengannya tanpa percakapan, kami hanya diam tanpa kata. Kami hanya bermain dengan pikiran kami masing-masing. Dia memandang kosong ke arah pintu, lalu tiba-tiba dia bertanya padaku "Sudah makan ney?" Dia tetap memanggilku ney walau kini aku bukan Honeynya lagi. "sudah tadi di rumah" jawabku, "kabar mamah dan papah gimana ney?" Ia mencoba mengajakku berbincang untuk membunuh waktu. "Alhamdulillah sehat semuanya, maaf mereka tidak bisa kemari" jawabku, "Gak, apa-apa yang penting doanya" dia berkata itu sambil mencoba tersenyum padaku.

Suasana pun mulai mencair dan dia menanyakan sebuah pertanyaan yang membuat aku bingung menjawabnya "Ney, waktu aku tinggalin kamu dulu, rasa sakitnya seperti ini ya ney?? sama seperti yang aku rasakan sekarang" pertanyaan itu terlontar darinya begitu saja. Kupalingkan wajahku darinya seolah mencari sebuah pertanyaan atau sekedar menghindar agar dia tak tahu bahwa aku bingung setengah mati diberi pertanyaan seperti itu. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya dia telah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tertunduk dia di kursi. Tangisnya pecah, tubuhnya berguncang, aku tahu dia menangis ku usap punggungnnya dengan tangan kananku, dia bangkit memelukku, menangis d pelukanku, pelukannya semakin erat. Kurasakan kepedihan dari tangisannya, dengan susah payah kutahan air mata ku agar tak jatuh. Aku mencoba mengusap punggungnya. "Maaf.., maafkan aku ney, andai aku tahu sakitnya akan seperti ini aku tak mau kau merasakan ini ney" dengan tersedu-sedu ia mengatakan itu kepadaku. "Ssssttt" kuletakkan jari telunjukku di bibirnya, "Kita harus kuat, dan banyak berdoa mas, agar semuanya diberi kemudahan dan juga kelancaran" kalimat itu aku utarakan kepadanya seraya meletakkan kedua telapak tanganku
di wajahnya. Dingin sekali wajahnya, "Ney selalu hangat.." dia berkata seperti itu kepadaku. "Sudah jangan menangis lagi, perbanyaklah berdoa agar kita bisa melewati semua ini." aku mencoba menenangkan hatinya.

"Mas, sudah makan belum?" tanyaku "Gak nafsu ney.." jawabnya "Mas harus tetap makan, mba ratih butuh kita sebagai motivator untuk tetap bisa menjalani hidupnya, jika kita sakit siapa nanti yang akan menjaganya?" aku mencoba memberikan sedikit solusi untuknya "Nanti saja lah.." dia jawab sekenanya. "Maaf, ini sudah senja mas aku harus pulang" aku menoba meminta izin untuk pamit pulang. "Sebentar lagi ya, aku nyaman berada di dekat ney.." pintanya seraya mengamit lenganku. Aku diam tak bisa berkata apa-apa, kedekatan kami seperti ini sudah lama aku rindukan, harum aroma yang tubuhnya yang khas membuat aku selalu rindu padanya. Namun kini dia bukan milikku, dia telah menjadi milik orang lain. Aku sadar itu, aku pun tak ingin menjadi duri di dalam daging bagi rumah tangganya.


Udara pagi terasa dingin menusuk tulang, gerimis yang tercipta tak mengurungkan niatku untuk jogging pagi ini. Pagi ini tepat tanggal 14 Februari 2010 dimana Hari Imlek dan Hari Valentine terletak pada hari yang sama. Hari minggu di mana semua orang masih males-malesan untuk melakukan aktivitasnya, tidak dengan ku setelah melakukan sholat subuh, aku langsung melakukan jogging mengitari perkampungan, bertemu dengan ibu-ibu yang sedang ingin pergi ke pasar. Ingatanku masih kepadanya, iya beberapa hari ini dia mampu menyita perhatianku. Pelukannya yang semalam mebuat aku susah memejamkan mata ketika pulang dari rumah sakit. Semua sikapnya ketika di ruang tunggu itu membuat aku bertanya-tanya. Masihkah dia menyimpan rasa sayang dan rindu padaku?
"Tidak..tidak..mengapa aku berpikiran demikian, tak sadarkah ku betapa dia mencampakkanku, meninggalkanku begitu saja. Seakan aku ini......


To be Continued