April 14, 2010

Kemana rasa itu pergi...?

Hmmmm....kubuka mata ku yang terbangun mendengar adzan subuh berkumandang, aku terbiasa terbangun untuk melaksanakan sholat subuh yang cukup penuh pengorbanan. Hal ini dikarenakan harus setengah mati melawan rasa kantuk yang sepenuhnya belum bisa terobati. Masih terngiang oleh ku kata-kata kak Tris, bahwa ketika kita tidur ushakanlah jangan membawa masalah tersebut ke dalam kamar. Sebekum kita masuk kamar biarkanlah masalah tersebut berada di luar kamar agar, ketika kita sedang beristirahat hal ini tidak akan mengganggu waktu kita untuk beristirahat. Selesai menunaikan ibadah sholat subuh, aku berdoa untuk diberikan kelancaran dalam melaksanakan segala aktivitas di hari ini. Tiba-tiba teringat dengan perbincangan semalam dengan seseorang nun jauh da sana, aku bingung kemana rasa itu pergi?. Ya, entah pa yang sudah aku alami dan rasakan tiba-tiba rasa itu hilang, entah kemana. Seperti raib begitu saja ditelan oleh pernyataan yang begitu menyakitkan, selama ini aku selalu mengalah demi kebaikan orang yang begitu aku sayangi, seharusnya aku adalah anak yang egois karena posisi aku yang sebagai anak terakhir dalam keluarga tapi tidak terjadi dalam kehidupanku. Sudah tak terhitung berapa kali aku harus berkorban demi orang lain, aku selalu berpikir bahwa dengan aku berkorban maka itulah jalan yang terbaik untuk kita. Aku manja ya, memang aku akui aku manja tapi aku mandiri. Mengapa demikian? aku manja hanya pada saat-saat tertentu saja, namun kemandirian begitu mengalir deras dalam setiap aliran darahku, hal ini karena pola axuh orang tua yang selalu mengajarkan kami sebagai anak-anaknya harus mampu untuk mengerjakan segala sesuatunya sendiri jika memang hal tersebut masih dalam kemampuan kami. Jangan pernah mengeluh dalam menjalani kehidupan, karena dengan setiap kali kita mengeluh hal itu bukan menjadi suatu solusi, melainkan akan menimbulkan hal yang negatif. Aku tidak tuli, aku dapat mendengar. Aku tidak buta, aku dapat melihat. Aku tidak bisu, aku dapat berbicara. Aku tidak bodoh, aku dapat berfikir. Aku punya hati dan perasaan, dan jika hati dan perasaan ini aku bawa terbang terlalu tinggi maka jika jatuh akan terasa sakit sekali.
Mampukah aku sekarang berkata kepada dia bahwa "Stop, aku tak mau jatuh, jatuh, dan jatuh kembali untuk kesekian kalinya". Sudah cukup kau buat aku tidak berdaya seperti kemarin, jangan kau coba memasuki kehidupan aku lagi, kehidupan yang sudah aku bangun kembali selama sembilan bulan dengan penuh dengan air mata, peristiwa-peristiwa yang cukup membuat aku sadar siapa kau sebenarnya, dan apa yang kau inginkan dariku.


Kemana rasa itu pergi...?

No comments:

Post a Comment